Logo
ParangKlitik

Pameran Kain Tradisional Nusantara

Parang Klitik mempersembahkan koleksi kain tradisional Indonesia yang menampilkan kehalusan teknik dan kedalaman makna filosofis dalam setiap motif.

Musik Pengiring: Gamelan Jawa Klasik

Pengantar Kuratorial

Sejarah Asal Usul Parang Klitik Pada awalnya parang klitik merupakan salah satu dari banyaknya jenis parang. Parang merupakan motif batik tertua yang ada di Indonesia yang tercipta sejak zaman Keraton Mataram Kartasura. Nama parang berasal dari kata “pereng” yang artinya lereng atau tebing. Selain itu, parang juga merupakan bentuk dari senjata tradisional yaitu “Parang” melambangkan keteguhan, keberanian, dan ketangguhan. Batik motif parang ini berasal dari Yogyakarta, mungkin ada juga yang menyebutkan berasal dari Solo. Melihat dari sejarah yang ada bahwasannya parang ini diciptakan oleh seorang bangsawan kerajaan Mataram Islam yaitu Penembahan Senopati yang sedang menjabat di Keraton Yogyakarta. Beliau adalah anak dari Ki Gede Pemanahan, pendiri cikal bakal kerajaan Mataram Islam. Motif ini terinspirasi dari ombak yang terus menerus menabrak karang di kala ia bertapa di Pantai Parangkusumo. Inilah awal mula motif parang terbentuk yang mencerminkan sebagai simbol kekuatan dan ketegaran dalam menjalani kehidupan. Sehingga menghasilkan jenis-jenis batik parang yaitu Parang Rusak, Parang Barong, dan Parang Klitik. Diantara jenis parang tersebut memiliki makna dan filosofi tersendiri yang dipercaya oleh para raja dan bangsawan. Bahkan sebagai busana dalam keraton ada tata aturannya serta adat keraton. Kemudian penyebaran batik itu semakin menyebar yang menyebabkan luluhnya aturan adat/larangan penggunaannya.

Motif Parang Klitik Ciri khas dari parang klitik adalah berbentuk hurus “S” yang lebih sederhana, kecil dan halus dari pada motif parang lainnya. Dengan garis-garis yang miring dan pola yang tidak terputus. Untuk ukurannya yaitu 4 cm. Semakin besar ukuran motifnya maka semakin berat tanggungjawabnya, seperti parang barong yang hanya dikhususkan untuk raja yang bisa menggunakannya di lingkungan keraton. Selain itu, Parang klitik sifat nya klasik dengan warna alami. Biasanya menggunakan warna coklat, hitam, dan putih. Adapun untuk kain yang digunakan biasanya berupa katun atau sutra, di mana kualitas kain juga menunjukkan status sosial pemakainya.

Filosofi di Balik Parang Klitik Makna filosofis berbentuk huruf “S” yang kecil dan halus melambangkan akan kelembutan, kecerdikan, feminim, dan prilaku atau sikap yang halus dari bentuknya yang melengkung. Garis miringnya menggambarkan seperti ombak lautan yang begitu kuat serta gerak cepat menghantam karang tepi lautan yang artinya dalam menjalani hidup mesti kita dihantam oleh beberapa cobaan yang membuat kita semakin kuat. Pola yang tidak terputus memiliki arti bahwa hidup akan selalu berkesinambungan dengan semangat yang tidak pernah pada. Filosofi dari setiap warna diantaranya coklat menunjukkan kepada bumi yang mengajarkan kepada kita untuk selalu rendah hati dan tidak sombong. Hitam yang bermakna kesetiaan, keteguhan, dan kekuatan batin yang tak mudah menyerah. Putih memiliki makna yang mendalam terhadap kesucian, kebersihan, dan ketenangan jiwa, menunjukkan bahwa seseorang yang mengenakan batik parang klitik diharapkan memiliki jiwa yang suci dan bersih sesuai dengan maknanya yang indah.

Penggunaan Motif Parang Klitik Motif Parang Klitik sering digunakan oleh para putri raja karena dianggap mencerminkan karakter mereka yang lembut, bijaksana, dan perilaku yang halus, sesuai dengan makna di setiap goresan pola batik ini. Namun, seiring berkembangnya zaman dan setelah penyatuan keraton dengan NKRI, parang klitik ini dapat digunakan siapapun, tidak hanya putri bangsawan. Jika digunakan oleh kaum lelaki, motif ini menjadi simbol kebijaksanaan. Motif parang tidak boleh digunakan dalam posisi miring, harus berdiri. Karena dapat menyebabkan hilangnya makna dari batik tersebut. Selain itu, Parang Klitik dapat digunakan pada saat acara penting seperti pelantikan, tukar cincin pernikahan, atau saat menghadiri pesta. Orang biasa boleh menggunakan motif batik parang klitik, tetapi sebaiknya tidak digunakan di acara pernikahan karena dikhawatirkan dapat memberikan pengaruh buruk bagi mempelajari.

Alat dan Bahan Serta Cara Pembuatan Parang Klitik Dalam proses pembuatannya, motif parang tidak boleh diposisikan miring, melainkan harus berdiri tegak. Menjahit dengan posisi miring akan menghilangkan makna filosofis dari motif tersebut. Alat dan bahan yang digunakan antara lain kain, lilin/malam, pewarna sintetis (bisa menggunakan naftol), canting cap, wajan cap, kompor gas, meja yang telah disusun sedemikian rupa sebagai tempat membuat batik cap, dan ember serta pengaduknya. Proses pembuatan batik dimulai dengan menggambar pola pada kain, lalu dicap sesuai pola menggunakan canting cap yang telah diberi lilin/malam. Lalu bisa dilanjutkan ke proses pewarnaan menggunakan naftol yang terdiri dari dua komponen, yaitu pewarna naftol dan garam naftol. Pewarna naftol dicampur dengan air panas, sementara garam naftol dicampur dengan air biasa. Kain dibasahi dengan air, lalu dimasukkan ke campuran pewarna dan dibolak-balik supaya warnanya merata, kemudian ditiriskan. Setelah itu, kain dimasukkan ke campuran garam naftol dan ditiriskan, lalu dicuci. Tahap ini bisa diulang beberapa kali hingga 2 atau 3 kali, semakin diulang maka warna yang tampak akan semakin gelap. Selanjutnya, kain dikeringkan, tapi tidak boleh dijemur, hanya diangin-anginkandiangin-anginkan agar tidak rusak. Untuk menghilangkan lilinnya, kain bisa direbus dalam air yang telah diberi soda abu, lalu dicuci sampai lilinnya benar-benar hilang. Terakhir, kain kembali dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan disetrika.

Cara Pelestarian Parang Klitik Untuk perawatan, kain batik sebaiknya disimpan di ruangan dan diasapi untuk menjaga keawetannya. Kain yang sudah berusia ratusan tahun dianjurkan disimpan dengan cara digulung, karena jika dilipat terlalu lama di lemari, serat kainnya dapat patah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga nilai historis dan kualitas batik sebagai warisan budaya Nusantara.

Batik Parang Klitik

Batik Parang Klitik

Motif klasik dari Jawa Tengah

Parang Klitik

Batik Parang klitik

Kain Batik Tradisional dari Yogyakarta

Kain parang Klitik

Parang Klitik

Kain dengan motif Filosofis

Parang Klitik

Parang Klitik

Kain Batik Tradisional dari Yogyakarta

Parang Klitik

Parang Klitik

Kain dengan motif Filosofis